Produksi Garam di Jateng Berpotensi Besar Dukung Swasembada, Pemprov Siap Kolaborasi dengan Swasta
- account_circle Anisya Gusti
- calendar_month Jum, 18 Jul 2025
- visibility 93

Foto: Produksi Garam di Jateng Berpotensi Besar Dukung Swasembada, Pemprov Siap Kolaborasi dengan Swasta (Sumber: Dok Pemprov Jateng)
Semarang, KabarJatengTerkini.com – Produksi garam di Jawa Tengah (Jateng) memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Potensi ini menarik minat investor untuk memperluas industri, sekaligus meningkatkan produksi nasional dalam mendukung swasembada.
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi melalui Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko menyebutkan, potensi ini perlu dikembangkan lantaran produksi garam di Indonesia masih minim, dan saat ini pemerintah masih mengimpor garam dari luar negeri.
“Memang perlu ada intensifikasi lagi, atau bahkan ekstensifikasi atau perluasan sentra garam,” katanya.
Sementara itu, CEO PT Susanti Megah, Hermawan Santoso mengatakan bahwa diperlukan kolaborasi antara pemerintah dengan pihak swasta untuk mewujudkan swasembada garam. Disebutkan, dibutuhkan lahan untuk pengembangan tambak garam seluas kurang lebih 3.000 hektare.
“Potensi garam Jawa Tengah sebenarnya cukup bagus, pemerintah juga sudah bicara, Pak Luthfi sudah mau support,” beber Hermawan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, Endi Faiz Effendi menambahkan, data produksi garam di Jawa Tengah pada 2024 mencapai 536.612 ton. Sementara, luas lahan produksi garam sekitar 8.267 hektare, dengan jumlah petani garam sebanyak 6.420 orang.
Jumlah tersebut tersebar di sembilan daerah sentra garam di Jawa Tengah, meliputi Brebes, Demak, Jepara, Pati, Rembang, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Grobogan.
Berdasarkan data tahun 2024, kebutuhan garam di Jawa Tengah sebesar 119.400 ton. Terdiri atas 33.000 ton untuk garam konsumsi, dan 86.400 ton untuk garam industri.
Meski demikian, produksi lokal tidak seluruhnya sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan industri. Ini karena keterbatasan di teknologi untuk memproduksi garam, produksi yang dipengaruhi oleh cuaca, dan faktor-faktor lainnya.
“Itu yang untuk garam rakyat dengan NaCL 95%. Kalau untuk industri NaCL-nya harus di atas 97%,” terang Endi Faiz. (*)
- Penulis: Anisya Gusti