Mengapa Usus Dijuluki ‘Otak Kedua’? Ini Penjelasan Ilmiahnya
- account_circle markom kabarjatengterkini
- calendar_month Rab, 20 Agu 2025
- visibility 18
Kabarjatengterkini.com– Tahukah kamu bahwa usus manusia sering dijuluki sebagai ‘otak kedua’? Julukan ini bukan sekadar metafora, melainkan berakar dari penemuan ilmiah yang mengungkap bahwa usus memiliki sistem saraf yang sangat kompleks, bahkan mampu berfungsi secara independen dari otak utama di kepala.
Dalam dunia medis dan biologi, istilah “otak kedua” mengacu pada sistem saraf enterik (Enteric Nervous System / ENS), jaringan saraf yang berada di sepanjang saluran pencernaan. ENS terdiri dari lebih dari 100 juta neuron—lebih banyak dari yang ditemukan di sumsum tulang belakang manusia!
Apa Itu Sistem Saraf Enterik (ENS)?
Sistem saraf enterik adalah jaringan neuron yang tersebar di sepanjang dinding saluran pencernaan, mulai dari kerongkongan hingga anus. ENS berfungsi untuk mengatur berbagai aktivitas pencernaan seperti kontraksi otot usus, sekresi enzim, aliran darah lokal, hingga interaksi dengan mikrobiota usus.
Yang membuat ENS begitu unik adalah kemampuannya untuk bekerja secara independen. Artinya, meskipun terhubung dengan sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), ENS bisa mengatur fungsi pencernaan tanpa perintah langsung dari otak.
Mengapa Disebut ‘Otak Kedua’?
Julukan “otak kedua” diberikan karena beberapa alasan ilmiah yang kuat:
-
Jumlah Neuron yang Sangat Banyak
Usus memiliki jaringan neuron yang kompleks dan luas. Jumlah neuronnya mencapai lebih dari 100 juta, cukup untuk memproses informasi secara mandiri. -
Kemampuan Berpikir Lokal (Autonom)
Sistem saraf enterik dapat membuat keputusan sendiri tanpa campur tangan otak utama. Misalnya, saat makanan masuk ke lambung, usus secara otomatis mengatur kontraksi dan sekresi untuk mencerna makanan. -
Koneksi Langsung dengan Otak Melalui Saraf Vagus
ENS dan otak terhubung melalui saraf vagus, yang memungkinkan komunikasi dua arah. Ini berarti informasi dari usus bisa memengaruhi suasana hati, emosi, bahkan kesehatan mental. -
Produksi Neurotransmiter
Usus menghasilkan berbagai neurotransmiter, seperti serotonin dan dopamin, yang biasa digunakan oleh otak untuk mengatur suasana hati dan perilaku. Bahkan, sekitar 90% serotonin dalam tubuh diproduksi di usus, bukan di otak!
Hubungan Usus dan Kesehatan Mental
Banyak penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan erat antara kondisi usus dan kesehatan mental. Ketidakseimbangan mikrobiota usus, inflamasi usus, atau gangguan pencernaan dapat memicu masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, bahkan gangguan stres.
Fenomena ini dikenal dengan istilah gut-brain axis—jalur komunikasi dua arah antara otak dan usus. Itulah sebabnya, gangguan pada sistem pencernaan sering kali disertai dengan perubahan suasana hati, dan sebaliknya, stres atau kecemasan juga bisa memicu gangguan lambung dan pencernaan.
Mikrobiota Usus dan Peranannya
Selain neuron, mikrobiota usus atau flora usus juga memainkan peran penting dalam “otak kedua”. Mikroorganisme ini membantu mencerna makanan, memproduksi vitamin, dan mengatur sistem kekebalan tubuh. Mereka juga memengaruhi produksi neurotransmiter dan respon terhadap stres.
Mikrobiota yang sehat dapat meningkatkan fungsi otak dan menjaga keseimbangan emosional. Sebaliknya, ketidakseimbangan mikrobiota (dysbiosis) dapat menyebabkan masalah fisik maupun mental.
Bukti Ilmiah dan Penelitian Terkini
Berbagai studi ilmiah telah membuktikan bahwa sistem saraf enterik benar-benar bisa berfungsi secara otonom. Salah satu penelitian dari Columbia University menunjukkan bahwa usus bisa menjalankan gerakan peristaltik bahkan setelah terputus dari sistem saraf pusat, membuktikan bahwa ENS memiliki “otak mini” sendiri.
Studi lainnya menunjukkan bahwa gangguan pada komunikasi antara otak dan usus dapat menyebabkan berbagai kondisi kronis, termasuk sindrom iritasi usus (IBS), autisme, bahkan penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson.
Tips Menjaga Kesehatan ‘Otak Kedua’
Karena peran usus sangat penting bagi kesehatan tubuh dan mental, maka merawat sistem pencernaan sama pentingnya dengan menjaga fungsi otak. Berikut beberapa tips menjaga kesehatan usus:
-
Konsumsi makanan tinggi serat, seperti buah, sayur, dan biji-bijian
-
Tambahkan probiotik dan prebiotik dalam diet harian
-
Hindari stres berlebihan dan terapkan teknik relaksasi
-
Cukup tidur dan olahraga teratur
-
Batasi konsumsi makanan olahan, alkohol, dan gula berlebih
Usus dijuluki ‘otak kedua’ karena memiliki sistem saraf kompleks yang mampu berfungsi secara mandiri, memproduksi neurotransmiter, dan berkomunikasi langsung dengan otak. Kesehatan usus sangat berkaitan dengan kesehatan mental dan emosional, sehingga merawat pencernaan berarti juga merawat pikiran.
Dengan memahami pentingnya sistem saraf enterik, kita bisa lebih sadar akan pengaruh pola makan, gaya hidup, dan kondisi psikologis terhadap kesehatan secara keseluruhan. Jadi, jangan sepelekan “otak kedua” ini—karena ia berperan jauh lebih besar dari yang kita kira.
- Penulis: markom kabarjatengterkini