Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Sains » Waspada! Perubahan Iklim Bisa Bangkitkan Ratusan Gunung Api Tidur di Bawah Es

Waspada! Perubahan Iklim Bisa Bangkitkan Ratusan Gunung Api Tidur di Bawah Es

  • account_circle markom kabarjatengterkini
  • calendar_month Sen, 14 Jul 2025
  • visibility 21

Kabarjatengterkini.com– Perubahan iklim selama ini dikenal sebagai penyebab mencairnya gunung es dan naiknya permukaan laut. Namun, riset terbaru mengungkap ancaman tersembunyi lain yang tidak kalah mengkhawatirkan: bangkitnya ratusan gunung berapi tidur yang tersembunyi di bawah lapisan es tebal.

Studi baru yang dipresentasikan dalam Konferensi Goldschmidt 2025 di Praha, Ceko, memetakan dinamika magma di bawah gletser Patagonia dan mengungkap bagaimana mencairnya es bisa mengguncang sistem vulkanik yang telah lama tertidur. Para ilmuwan menyebutkan bahwa meskipun letusan besar tidak akan terjadi dalam waktu dekat, percepatan pencairan es saat ini bisa meningkatkan risiko letusan vulkanik di masa mendatang.

Lapisan Es Tak Lagi Menahan Magma

Penelitian ini menelusuri jejak sejarah dari Lapisan Es Patagonia yang dulu menutupi ujung selatan benua Amerika Selatan. Sekitar 18.000 tahun lalu, saat es mencapai ketebalan maksimumnya, tekanan yang ditimbulkan lapisan tersebut menahan magma tetap berada di kedalaman sekitar 10–15 km di bawah permukaan Bumi.

Namun seiring menghangatnya iklim global, lapisan es mencair secara perlahan. Tekanan besar yang sebelumnya menahan magma kini menghilang, menyebabkan permukaan tanah terangkat, dan gas dalam magma mulai mengembang. Proses ini disebut sebagai salah satu pemicu utama aktivitas vulkanik.

“Gletser biasanya menekan volume letusan gunung api di bawahnya,” jelas Pablo Moreno-Yaeger, ahli vulkanologi dari University of Wisconsin-Madison yang terlibat dalam riset tersebut. “Tapi saat es mencair karena perubahan iklim, gunung api bisa meletus lebih sering dan bahkan lebih eksplosif.”

Gunung Mocho-Choshuenco: Contoh Nyata Perubahan Aktivitas Vulkanik

Penelitian ini menganalisis enam gunung api di wilayah Chile, salah satunya Gunung Mocho-Choshuenco, gunung yang kini tergolong tidak aktif. Meski tampak tenang, data menunjukkan bahwa aktivitas vulkaniknya di masa lalu sangat dipengaruhi oleh ketebalan es yang menutupi wilayah tersebut.

Proses kebangkitan gunung berapi ini memang tidak instan. Para ilmuwan memperkirakan butuh waktu 3.000 hingga 5.000 tahun sejak pencairan es dimulai hingga letusan besar terjadi. Namun, perubahan yang tercatat di Patagonia modern memperlihatkan bahwa proses itu sedang berlangsung sekarang.

Beberapa bagian daratan Patagonia tercatat mengalami kenaikan permukaan tanah dengan kecepatan lebih cepat dari yang diperkirakan, menandakan bahwa sistem vulkanik di bawah tanah sedang berubah.

Risiko Global: Tak Hanya Patagonia atau Islandia

Meski fenomena semacam ini sebelumnya sudah terpantau di Islandia, penelitian terbaru menunjukkan bahwa efek pencairan es terhadap aktivitas vulkanik terjadi di tingkat benua, bukan hanya wilayah regional.

“Ini bukan hanya masalah Islandia,” ujar Moreno-Yaeger seperti dikutip dari Science Alert. “Wilayah seperti Antarktika, Rusia, Amerika Utara, dan Selandia Baru juga berpotensi mengalami kondisi serupa. Ini saatnya komunitas ilmiah memberikan perhatian lebih.”

Sebuah simulasi di Antarktika menunjukkan skenario mengerikan: jika pencairan es terus berlangsung, gunung-gunung api yang tersembunyi di bawah permukaan es bisa meletus sewaktu-waktu. Bahkan jika magma tidak sampai menembus permukaan, panasnya bisa mencairkan es dari dalam, menciptakan bom waktu yang sulit dideteksi.

Positive Feedback Loop: Letusan Bisa Perparah Pemanasan Global

Dampak lain yang mengkhawatirkan adalah kemungkinan terbentuknya positive feedback loop. Ini adalah siklus yang saling memperkuat: gletser yang mencair memicu letusan, dan letusan gunung berapi menghasilkan gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan sulfur dioksida, yang pada gilirannya mempercepat pemanasan global dan pencairan es.

“Siklus inilah yang coba kami cegah,” kata Moreno-Yaeger. “Jika dibiarkan tanpa pengawasan, kita mungkin tidak punya cukup waktu untuk bertindak.”

Apa yang Bisa Dilakukan?

Penelitian ini menjadi peringatan dini bagi umat manusia untuk lebih waspada terhadap dampak lanjutan dari perubahan iklim. Fokus utama tidak hanya harus diarahkan pada naiknya permukaan laut atau gelombang panas ekstrem, tetapi juga pada aktivitas vulkanik laten yang bisa bangkit kapan saja.

Upaya pemantauan dan penelitian lebih lanjut sangat penting dilakukan di wilayah rawan, termasuk Patagonia, Antarktika, dan kawasan kutub lainnya. Peran serta komunitas ilmiah, pembuat kebijakan, hingga masyarakat global menjadi kunci agar dunia bisa mengantisipasi skenario terburuk.

Studi ini menjadi pengingat kuat bahwa perubahan iklim berdampak jauh lebih luas dari yang kita kira. Tidak hanya mencairkan es dan merusak ekosistem, tetapi juga berpotensi membangkitkan kembali kekuatan Bumi yang selama ini tertidur: gunung api. Kini, saatnya dunia bergerak lebih cepat untuk memahami, memantau, dan bersiap menghadapi konsekuensi yang mungkin muncul di masa depan.

  • Penulis: markom kabarjatengterkini

Rekomendasi Untuk Anda

  • Masuk MPLS, Gubernur Jateng Tekankan Tak Boleh Ada Bullying

    Masuk MPLS, Gubernur Jateng Tekankan Tak Boleh Ada Bullying

    • calendar_month Sen, 14 Jul 2025
    • account_circle Agriantika Fallent
    • visibility 27
    • 0Komentar

    Kabarjatengterkini.com – Masuk masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menekankan tak boleh ada bullying. Jika ditemui adanya kekerasan, tawuran, atau bullying di lingkungan sekolah, ia meminta untuk dilaporkan. “Pada masa orientasi ini tidak boleh ada kekerasan. Boleh tegas tapi tidak boleh keras. Lalu, jangan ada lagi bullying, apalagi tawuran. Kalau masih […]

  • tuku

    Toko Kopi Tuku Targetkan Pasar Halal di Belanda melalui Sertifikasi Halal Eropa

    • calendar_month Sab, 30 Agu 2025
    • account_circle markom kabarjatengterkini
    • visibility 4
    • 0Komentar

    Kabarjatengterkini.com– Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag) melalui Atase Perdagangan (Atdag) RI di Den Haag telah memfasilitasi pertemuan antara Toko Kopi Tuku dengan lembaga sertifikasi halal Eropa, Halal Quality Control (HQC) Group. Pertemuan ini bertujuan untuk mendiskusikan langkah-langkah yang diperlukan agar Toko Kopi Tuku memperoleh sertifikasi halal di Belanda, sebagai bagian dari rencana ekspansi bisnis mereka […]

  • olahraga

    Olahraga Ringan yang Bisa Bikin Panjang Umur, Gak Perlu ke Gym!

    • calendar_month Sen, 28 Jul 2025
    • account_circle markom kabarjatengterkini
    • visibility 22
    • 0Komentar

    Kabarjatengterkini.com- Siapa bilang untuk hidup sehat dan berumur panjang harus menghabiskan waktu berjam-jam di gym atau mengikuti program olahraga mahal? Faktanya, sejumlah penelitian ilmiah menyebutkan bahwa olahraga sederhana bisa memperpanjang umur hingga 6 tahun. Ya, hanya dengan melakukan aktivitas fisik ringan secara rutin, kamu bisa memperbaiki kualitas hidup dan menambah harapan hidup secara signifikan. Penelitian: […]

  • cara makan

    Cara Makan T. Rex dan Dinosaurus Karnivora Lain Berbeda, Ini Penjelasannya

    • calendar_month Rab, 20 Agu 2025
    • account_circle markom kabarjatengterkini
    • visibility 12
    • 0Komentar

    Kabarjatengterkini.com– Dinosaurus adalah salah satu makhluk purba yang paling menarik perhatian ilmuwan maupun masyarakat umum. Di antara berbagai jenis dinosaurus, Tyrannosaurus rex (T. rex) menjadi salah satu karnivora paling terkenal karena ukuran tubuhnya yang besar, kekuatan rahangnya yang luar biasa, dan reputasinya sebagai predator puncak. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa cara makan T. rex berbeda […]

  • 400 Produk UMKM di Jateng Dinyatakan Bebas Zat Berbahaya

    400 Produk UMKM di Jateng Dinyatakan Bebas Zat Berbahaya

    • calendar_month Sen, 25 Agu 2025
    • account_circle Anisya Gusti
    • visibility 11
    • 0Komentar

    Kabarjatengterkini.com – Sebanyak 400 lebih usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Jawa Tengah (Jateng) telah dinyatakan bebas zat berbahaya, seperti formalin dan boraks, oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM). Kepala BBPOM di Semarang, Lintang Purba Jaya mengatakan, ratusan produk tersebut telah diberikan Stiker Bebas Zat Berbahaya sebagai bentuk jaminan. Tak hanya itu, pihaknya […]

  • jateng

    Realisasi Investasi di Jateng Semester 1 2025 Capai 58,19 Persen

    • calendar_month Sel, 5 Agu 2025
    • account_circle Anisya Gusti
    • visibility 18
    • 0Komentar

      Semarang, Kabarjatengterkini.com – Realisasi investasi di Jawa Tengah (Jateng) semester pertama tahun 2025 capai Rp45,58 triliun. Besaran tersebut sudah mencapai 58,19 persen dari target realisasi untuk tahun ini. Diketahui, investor asing masih mendominasi dengan catatan investasi sebesar Rp25,63 triliun atau 56 persen, sementara dari dalam negeri mencapai Rp19,95 triliun atau 44 persen. Jumlah investasi […]

expand_less